Kamis, 21 September 2017

Bupati Sukoharjo kukuhkan " Pelopor Generasi Muda Pelestari Seni dan Budaya"


SUKOHARJO —Pengasuh Majelis Kanjeng Sunan Gunung Jati Habib Azhari dan Sanggar Garuda Kalaseba, Dukuh Karangwuni, Desa Karangwuni, Weru, Sukoharjo, dan warga sekitar menggelar kegiatan jamasan pusaka dan kirab budaya pusaka untuk menyambut Muharam 1439 H, serangkaian kegiatan bertajuk Festival Suronan yang digelar selama 4 hari mulai tanggal 18-21 September 2017.

Bupati Sukoharjo H. Wardoyo Wijaya SH.,MH pada hari Kamis (21/9), mengukuhkan dengan memberi piagam dan samir  " Pelopor Generasi Muda Pelestari Seni dan Budaya" kepada Pengasuh Majelis Kanjeng Sunan Gunung Jati Habib Azhari. Bupati mengapresiasi atas terselenggaranya festival suronan tahun ini. " Selamat Tahun Baru Islam 1439 H, festival suronan harus kita dukung bersama karena kegiatan ini mengandung arti yang luar biasa, selain sebagai sarana untuk menampilkan dan melestarikan seni budaya warisan leluhur juga sebagai sarana untuk memupuk rasa kebersamaan persatuan dan kesatuan diantara elemen masyarakat yang ada," ucap Bupati dalam sambutannya.

Pemilik Sanggar Garuda Kalaseba, Sri Narendra Kalaseba, dalam rilisnya, Rabu (20/9/2017), mengaku memimpin sendiri proses jamasan 957 pusaka terdiri atas keris, pedang, tombak dan sebagainya. Menurutnya, jamasan pusaka dilakukan Selasa (19/9/2017) dan peserta jamasan mengenakan pakaian kejawen.

Disamping itu pada hari Kamis (21/9), dalam sambutannya Pengasuh Majelis Kanjeng Sunan Gunung Jati Habib Azhari mengapresiasi perhatian Pemerintah Daerah khususnya atas kehadiran Bupati dan rombongan dihari ini Kamis ini ,sebagai bukti cintanya Bupati  terhadap seni budaya, serta berterima kasih atas amanah yang diberikan dengan menerima samir dan piagam pelopor generasi muda pelestari seni dan budaya," ungkap habib Azhari.

"Tema festival setiap tahun berbeda dan tahun ini temanya Nasionalisme sehingga bendera merah putih sudah terpasang di kanan dan kiri jalan sepanjang pintu masuk kampung," ungkapnya lagi.

Menurut dia, selama festival digelar berbagai atraksi kesenian lokal seperti sajian kesenian karawitan Laras Madyo Paguyuban Keluarga Muslim Gesikan, Karangdowo, Klaten disuguhkan serta wayang kulit semalam suntuk juga digelar.

"Kesenian bagi anak muda juga ada yaitu Rock in Lesehan dengan menampilkan grup band lokasl seperti Trotoat Band, Mawar Merah dan DNA. Durasi tampil masing-masing grup selama 30 menit," beber dia.

Menyinggung soal jamasan, ketika wawancara dengan wartawan menjelaskan Sri Narendra, menjelaskan jamasan bukan ritual keagamaan tetapi murni menjaga keawetan pusaka agar tidak berkarat.

"Pusaka dijamasi atau membersihkan dengan wewangian untuk menghambat karat. Caranya, pusaka diambil dari rangka lalu dicelupkan ke dalam air yang sudah diberi bunga dan wewangian. Selanjutnya rangka pusaka dibiarkan mengering lalu dimasukkan lagi ke dalam rangka atau tempat pusaka. Kirab pusaka dilaksanakan [Kamis, 21/9] dengan jarak tiga kilometer dengan start dari Balaidesa Karangwuni," jelasnya.

Demikian release yang disampaikan Kabag Humas dan Protokol Setda Pemkab Sukoharjo Drs. Joko Nurhadiyanto EN.,M.Hum (Tj).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar