SUKOHARJO- Pemerintah Kabupaten Sukoharjo melalui Kantor Kesbangpol dalam rangka menjaga kondusifitas wilayah menjelang Peringatan Hari Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 menyelenggarakan kegiatan "Solidaritas dan Ikatan Sosial Bela Negara" dengan tema : Membangun Karakter Bangsa Dalam Bingkai NKRI, di Pendopo Graha Satya Praja (GSP) Setda Kabupaten Sukoharjo, Jum'at (21/12).
Menurut Laporan ketua penyelenggara Kepala Kesbangpol Gunawan Wibisono, S. Sos. menyampaikan bahwa penyelenggaraan kegiatan ini dalam rangka menanamkan rasa kecintaan terhadap bangsa dan negara dengan jiwa patriotisme melalui rasa solidaritas seluruh elemen masyarakat, menciptakan rasa rukun, damai dan harmonis dalam masyarakat serta bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dalam bela negara masyarakat," ungkapnya.
Peserta terdiri dari takmir masjid, pengurus atau pengasuh pondok pesantren, ormas kepemudaan, ormas Islam perwakilan se Kabupaten Sukoharjo.
Wakil Bupati Sukoharjo H. Purwadi, SE,MM dalam sambutannya menyampaikan bahwa Bela negara amanat undang-undang yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Kesadaran bela negara sangat penting untuk ditanamkan sejalan dengan program revolusi mental yang diselenggarakan oleh pemerintah guna mewujudkan pertahanan nasional yang tangguh," ungkap wabup.
Ditambahkan Wabup, harapannya Kesadaran bernegara ini terpatri dalam jiwa seluruh rakyat Indonesia untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan yang kokoh sehingga mampu menghadapi paradigma, ancaman nyata sedini mungkin.
"bela negara untuk semua lapisan masyarakat Indonesia apapun profesi dan peran warga negara dalam kehidupannya. Beliau sangat mengapresiasi penyelenggaraan pada siang hari ini mudah-mudahan melalui kegiatan ini mampu menumbuhkan dan menguatkan semangat bela negara kita semua khususnya bagi generasi muda sehingga akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat berdaulat dan bermartabat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia," tambah Wabup mengakhiri sambutan.
Tiga tokoh sebagai pembicara, yakni Ustad Abu Tholud, mantan nara pidana teroris bom Sri Rejeki Semarang, Kapolres Sukoharjo AKBP Iwan Saktiadi dan Dandim 0726/Sukoharjo Letkol Inf Candra Ariyadi.
Ustad Abu Tholud, mantan napiter bom sri rejeki semarang yang terlahir dengan nama Imron Baihaqi, mengisahkan bagaimana konflik teroris yang terjadi didunia, yang menyeretnya masuk ke jaringan radikal.
"Orang Indonesia ini levelnya pengikut, jadi banyak yang tidak paham mengenai paham yang dilarang seperti ISIS dan kelompok yang dianggap radikal lain. Karena ketidaktahuan itu yang menjerumuskan mereka, seperti yang saya alami," kata Abu Tholud yang sempat kuliah kedokteran hewan UGM, sampai ia ikut dalam kelompok teroris jaringan pelatihan Aceh.
Kapolres Sukoharjo AKBP Iwan Saktiadi, menyatakan Indonesia dilahirkan dari keberagaman sehingga tidak dapat dipaksakan untuk merubah ideologi negara.
"Peran tokoh agama dan tokoh masyarakat satu sebagai pengendali masyarakat dalam Bernegara, dua menumbuhkan sikap nasionalisme dan bertindak tidak melanggar sesuai hukum serta ajaran agama, dan ketiga sebagai sosok pedoman bagi masyarakat dalam rangka bela negara sebagai filter apabila masuk ajaran bersifat radikal dan anti Pancasila," jelas Kapolres.
Ditambahkan Kapolres, aparat selalu bekerjasama dan berkoordinasi selalu mengupayakan pencegahan. Salah satunya dengan membumikan bela negara.
"Bela negara mengandung empat esensial yakni kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, kesatuan dan persatuan, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional serta nilai nilai Pancasila dan UUD 45," tandas Kapolres Iwan Saktiadi.
Demikian informasi yang disampaikan Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Sukoharjo. [TJ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar